Selasa, 05 Februari 2013

7 Tokoh paling berpengaruh dalam ilmu sosiologi


Terkadang kita hanya tertarik untuk membanca referensi tempat-tempat unik, hal-hal yang aneh, dan lain-lainnya. Tetapi jika kita terlintas intuk membaca beberapa referensi tokoh-tokoh berpengaruh dalam sosiologi? pernah kah kita menyadari? mereka- mereka inilah yang memahami kegitan manusia, mereka inilah yang mempelajari kehidupan masyarakat dan semua gejalanya. sehingga seuatu penyelesaian dan jalan keluar dalam masyarakat dalam terpecahi.dan inilah bebrapa tokoh yang berpengaruh dalam mempelajari masyarakat (sosiologi) :
1.Florian Witold Znaniecki
Florian Witold Znaniecki lahir di Swietniki, Prussia (sekarang Polandia) dan wafat di Champaign,Amerika Serikat. Ia adalah sosiolog Amerika-Polish yang teori dan metodologi kerjanya menjadikan sosiologi sebagai disiplin ilmu. Ia mempelopori bidang penyelidikan empiris dan sebagai penulis Kebudayaan Polish.
2. Peter Ludwig Berger
Peter Ludwig Berger lahir pada tanggal 17 Maert 1929. Ia adalah seorang sosiolog dan teolog Amerika yang terkenal berkat karyanya Th s .. Be Social Contruction Of Reality: A treatise in the socilogy of knowledge  yang di tulisnya bersama Thomas Luckmann. Masalah yang dikaji Peter L. Berger adalah hubungan antara masyarakat dengan Individu. Di dalam bukunya, ia mengembangkan sebuah teori sosiologis : Masyarakat sebagai Realitas Objektif dan Subjektif. Analisanya masyarakat sebagai realitas subjektif mempelajari bagaimana realitas telah menghasilkan dan terus menghasilkan individu. Ia menulis tentang bagaimana konsep-konsep atau penemuan-penemuan baru manusia menjadi bagian dari realitas kita. Proses ini disebutnya reifikasi.
3. Karl Max
Karl Heinrich Marx lahir di Trier, Jerman pada tanggal 5 mei 1818. Ia adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik, dan teori kemsyarakatan dari Prusia. Walaupun Karl Marx menulis tentang banayak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisanya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai “sejarah dari berbagai mesyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas”, sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari karya “Communist Manifesto” pada tahun 1848.
 4. Aguste Comte
Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di Politeknik École di Paris. Politeknik École saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1818, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier. Comte biasanya dihormati ketika lebih dulu Sarjana sosiologi barat ( Ibn Khaldun setelah didahului dia di (dalam) Timur dengan hampir empat berabad-abad). Penekanan Comte’s pada saling behubungan tentang unsur-unsur sosial adalah suatu pertanda  modern functionalism, unsur-unsur tertentu dari pekerjaan nya kini dipandang sebagai tak ilmiah dan eksentrik, dan visi agung sosiologi nya sebagai  benda hiasan di tengah meja dari semua ilmu pengetahuan belum mengakar.
Penekanan nya pada suatu kwantitatif, mathematical basis untuk pengambilan keputusan tinggal dengan kita hari ini. ini merupakan suatu pondasi bagi dugaan Paham positifisme yang modern, analisa statistik kwantitatif modern, dan pengambilan keputusan bisnis. Uraian nya hubungan siklis yang berlanjut antar teori dan praktik dilihat di sistem bisnis modern Total Manajemen Berkwalitas dan Peningkatan Mutu Berlanjut di mana advokat menguraikan suatu siklus teori [yang] berlanjut dan praktik melalui/sampai four-part siklus rencana,, cek, dan bertindak. Di samping pembelaan analisis kuantitatif nya, Comte lihat suatu batas dalam kemampuan nya untuk membantu menjelaskan gejala sosial. Nah untuk teman-teman ketahui Aguste Comte ini sering juga di sebut Bapak Sosiologi Dunia.
5. Ibnu Kaldun
Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirzaedah 1982). Lahir dari keluarga terpelajar, Ibnu Khaldun dimasukkan ke sekolah Al-Quran, kemudian mempelajari matematika dan sejarah. Semasa hidupnya ia membantu berbagai sultan di Tunisia, Maroko, Spanyol, dan Aljazair sebagai data besar, bendaharawan dan anggota dengan dewan penasehat sultan. Ia pun pernah dipenjarakan selama 2 tahun di Maroko karena keyakinannya bahwa penguasa negara bukanlah pemimpin yang mendapatkan kekuasaan dari Tuhan. Setelah kurang lebih dua dekade aktif di bidang politik, Ibnu Khaldun kembali ke Afrika Utara. Ia melakukan studi ilmiah tentang masyarakat, riset empiris, dan meneliti sebab-sebab fenomena sosial. Ia memusatkan perhatian pada berbagai lembaga sosial (misalnya lembaga politik dan ekonomi) dan hubungan antara lembaga sosial itu. Ia juga tertarik untuk melakukan studi perbandingan antara masyarakat primitif dan masyarakat modern. Ibnu Khaldun tak berpengaruh secara dramatis terhadap sosiologi klasik, tetapi setelah sarjana pada umumnya dan sarjana muslim khususnya meneliti ulang karyanya, ia mulai diakui sebagai sejarawan yang mempunyai signifikansi historis.
6. Selo Soemardjan
ini special saya persembahkan untuk pembaca semua, yah. Selo Soemardjan merupakan salah satu sosok paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu yang mempelajari masyarakat dan sekitarnya.
Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yang meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas di Universitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar dengan semangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen sosial yang tinggi dan sulit untuk diam.
Ia seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsikolusi dan nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat karena etos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat. Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983) dan staf ahli Presiden HM Soeharto. Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 — seusai meraih gelar doktornya di Cornell University, AS — mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI). Dialah pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar ilmuwan utama sosiologi.  Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. “Setiap hari selalu memainkan tubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya,” tambahnya.
Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah uang.
7.  Pierre Guillaurne Frederic Le Play
Le Play, seorang Perancis, adalah salah seorang ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan  terkemuka abad ke-19. Dia berhasil mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial.
Penelitian-penelitiannya terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya. Keluarga merupakan objek utama dalam penyelidikan. Dia berkeyakinan bahwa anggaran belanja suatu keluarga merupakan ukuran kuantitatif bagi kehidupan keluarga sekaligus menunjukkan kepentingan keluarga tersebut. Akhirnya dikatakan bahwa organisasi sosial keluarga sepenuhnya terikat pada anggaran keluarga tersebut. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain European Workers (1855), Social Reform in France (1864), The Organization of the Family (1871), dan The Organization of Labor (1872).
dan, itulah beberapa para sosiolog dan teriolog yang sangat berkompeten dalam permasalahan mayrakat dan saya berharap akan ada para sosiolog dan teriolog baru yang  lebih berkompeten demi menjaga kehormatan dan kearifan hidup manusia.

Teori Spspsiologi modern


Pemikiran Comte yang mempengaruhi lahirnya pendekatan fungsionalisme ada pada sejarah manusia atau kebudayaan manusia yang didasarkan pada ilmu pengetahuan sehingga manusia dapat mengembangkan pemikirannya dan dapat berfikir segala kejadian yang ada tercipta berdasarkan fungsi masing- masing. Comte memiliki pemikiran tentang tiga tahapan perkembangan manusia. Yang pertama tahapan teologis yang mendefinisikan pemikiran manusia hanya sampai pada hal-hal yang berhubungan dengan supranatural. Tahapan yang kedua adalah tahapan metafisik yang ditandai dengan pemikiran manusia yang menganggap bahwa gejala atau kejadian dapat dijalaskan dengan panca indra. Tahapan yang ketiga yaitu, tahapan positifisme. Tahapan ini merupakan kemajuan pemikiran manusia, dengan tidak lagi memikirkan pengertian absolut dan hal – hal supranatural.
Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusisosio-kultural, ia juga menjelaskan definisi tentang “hukum rimba” dalam ilmu sosial. Teori ini merupakan perkembangan dari teori Comte yang menjelaskan bahwa, masyarakat berkembang menurut cara-cara sendiri mulai dari bentuk yang sederhana sampai ke bentuk – bentuk yang lebih kompleks. Fungsi – fungsi yang dimiliki masing – masing bagian dari masyarakat dalam kehidupan sosial digunakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Perubahan pada suatu bagian dalam sistem akan mempengaruhi bagian lain, karena saling ketergantungan namun dapat dipelajari secara terpisah.
Dukheim mengemukakan prinsip dasar dalam fungsionalisme modern, bahwa asal – usul suatu gejala sosial dan fungsi – fungsinya merupakan dua masalah yang terpisah. Jika menjelaskan suatu gejala sosial maka harus dipisakan sebab dan fungsi dijalankannya. Karena kemungkinan sebab fakta sosial tersebut merupakan akibat dari fakta sosial yang terdahulu. Dalam ’mazhab’ studi agama, Durkheim sering dikategorikan sebagai seorang functionalist, yang beranggapan bahwa agama merupakan representasi kolektif (collective representation) sebuah masyarakat. Baginya, agama merupakan elemen integratif yang berperan menguatkan kohesivitas sosial. Agama dan aturan- aturan moral lainnya, menurut Durkheim, selalu muncul dari masyarakat kolektif, dan tidak dari individu.
Pemikiran Weber tentang pendekatan Fungsionalisme memiliki sedikit keterkaitan dengan teori Durkheim tentang fakta sosial, bahwa fakta sosial menurut Weber didasarkan pada motivasi dan tindakan sosial. Weber membagi menjadi empat tipe tindakan sosial. PertamaRasionalitas Instrumental (Zweckrationalitat)Tindakan rasionalitasyang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar dan berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat  yang digunakan untuk mencapainya. Kedua, Rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanyalah merupakan objek pertimbangan dan perhitungan yang sadar tetapi tujuan-tujuan yang ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute merupakan nilai akhir baginya. Yang ketiga, Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan social yang bersifat nonrasional. Jika individu memperlihatkan tindakan sebagai perilaku karena kebiasaan tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Dan yang Terakhir, Tindakan afektif, tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar.
            Pendekatan fungsionalisme Merton mencoba menunjukkan bahwa struktur sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang – orang tertentu dalam masyarakat. Sehingga masyarakat mengalami situasi Konformitas, dimana sarana yang sah digunkaan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Tetapi akan terjadi sebaliknya,anomi maupun non-konformitas  jika tujuan kultural dan sarana kelembagaan tidak lagi sejalan. Sedangkan struktural fungsional menurut Parson diawali dengan melihat sistem sosial sebagai satu dari tiga cara dimana tindakan sosial bisa terorganisisr. Selain itu terdapat dua tindakan lain yang saling melengkapi, yaitu, sistem struktural yang mengandung nilai dan simbol – simbol serta sistem kepribadian para pelaku individual. Ketertarikannya terhadap sistem sosial menjadikan masyarakat sebagai sistem sosial yang dilihat secara total. Dalam sistem sosial individu saling terhubung melalui konsep status dan peran. Dalam pengertian yang dipakai oleh kaum fungsionalis, status  adalah kedudukan dalam sistem sosial. Sedangkan peranan adalah perilaku yang diharapkan atau perilaku normatif yang melekat pada status.
Merton mengutip tiga postulat yang terdapat dalam analisis fungsional yang kemudian disempurnakannya. Yaitu :

1.      Kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi bagai ”suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur”.(Merton 1967:80)

2.      Fungsionalisme Universal, berkaitan dengan postulat pertama. Bahwa ”seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi – fungsi positif”. (Merton 1967:84)
3.      Postulat Indispensability. Ia menyatakan bahwa ”Dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memilikisejumlah tugas yang harus dijalankan, dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan”. (Merton 1967:86)
Pandangan Parsons tentang ”AGIL” merupakan sarana untuk mengkategorikan tindakan atau ”mengklasifikasikan tipe – tipe  peranan dalam sistem sosial”, the Pattern Variables tersebut yaitu :
–Adaptation, kemampuan suatu sistem untuk menjamin apa yang dibutuhkannya dari lingkungan serta mendistribusikan sumber – sumber tersebut ke dalam seluruh sistem.
–Goal Attainment, pemenuhan tujuan sistem dan penetapan prioritas diantara tujuan – tujuan tersebut.
–Integration, koordinasi serta kesesuaian bagian – bagian dari sitem sehingga sesuai dengan fungsi masing – masing.
–Latent pattern – maintenance, menjamin kesinambunagn tindakan dalam sistem sesuai dengan aturan dan norma.
Be the first to like this.

>Etnometodologi (Harold Garfinkel)

>
TRADISI PEMIKIRAN YANG MEMPENGARUHI LAHIRNYA PENDEKATAN ETNOMETODOLOGI
         
       Harold Garfinkel merupakan seorang tokoh sosiologi yang lahir di new Jersey pada tahun 1917 di tengah – tengah masa depresi dan perang dunia ke-II. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas North Carolina Jurusan Sosiologi pada tahun 1939, Garfinkel mengikuti wajib militer. Setelah perang selesai ia belajar di Harvard dengan Parson, perbedaan penekanan materi antara keduanya terlihat jika Parson lebih menekankan pentingnya kategori – kategori dan generalisasi abstrak sedangkan Garfinkel lebih tertarik pada deskripsi terperinci. Selain itu ia juga belajar dengan Alfred Schutz dengan pendapatnya bahwa dunia sehari – hari merupakan dunia intersubjektif yang dimiliki bersama orang lain dengan siapa kita berinteraksi dan hal ini mirip dengan interaksionisme simbolik milik Mead. Sampai akhirnya di salah satu buku yang dihasilkannya adalah Studies in Ethnometodologi 1967memberikan cara baru terhadap pemahaman struktur objektif baik mikro maupun makro.
METODE ETNOMETODOLOGI DALAM PENELITIAN SOSIOLOGI
            Istilah etnometodologi, berasal dari bahasa Yunani yang berarti ”metode”  yang biasa digunakan orang dalam menjalani kehidupan sehari – hari mereka yang berlangsung secara terus menerus. Studi awal Garfinkel adalah Studi terhadap Setting Institutional yang memiliki tujuan untuk memahami bagaimana orang menjalankan tugas – tugasnya dan membangun institusi dimana tugas tersebut dijalankan.
            Kemudian ia juga menjelaskan tentang analisis percakapan yang memiliki tujuan memahami secara rinci struktur – struktur Fundamental interaksi percakapan. Etnometodologi juga menjelaskan “pertanggungjawaban tindakan praktis yang rasional” yaitu adanya (1) perbedaan antara ungkapan yang objektif dan yang indeksikal, (2) refleksivitas berbagai tindakan praktis, dan (3) kemampuan menganalisa tindakan tersebut dalam konteks sehari-hari. Ungkapan indeksikal merupakan ungkapan yang dilakukan saat kita menjalankan kegiatan praktis sehari-hari, sedangkan ungkapan objektif digunakan dalam dunia ilmiah.
            Menyadari bahwa realitas sehari-hari sangat berbeda dengan realitas objektif, maka para etnometodologis mengkritik metode survey dan wawancara yang dipakai oleh para sosiolog saat itu dan memperkenalkan metode eksperimental, observasi, dan analisis dokumen yang dinilai relatif lebih baik dalam menyusun proses sosial.
Dalam kerangka penelitian Kualitatif, etnometodologi diposisikan sebagai sebuah landasan teoritis dalam metode tersebut (Maleong, 2004, 14, 24). Etnometodologi sebagai sebuah studi pada dunia subjektif, tentang kesadaran, persepsi dan tindakan individu dalam interaksinya dengan dunia sosial yang ditempatinya sesuai dengan pokok penelitian kualitatif yang juga menekankan pada dunia subjektif dengan setting sosial yang dilibatinya.
.

>Teori Erving Goffman

>
Tradisi Pemikiran yang Mempengaruhi Lahirnya Teori Dramaturgi
Erving Goffman dikenal sebagai seorang interaksionis, pendekatan dramatruginya banyak dipengaruhi oleh pemikiran Mead, Blumer, dan Cooley. Adapun pemikiran para sosiolog yang mempengaruhi Goffman ialah :
Ø  Pemikiran Cooley tentang sikap orang lain merupakan cermin bagi diri kita sendiri untuk menilai objek dalam lingkungan sosial.yang dimaksud disini adalah individu membayangkan bagaimana penampilan diri di mata orang lain. Bagaimana penilaian orang lain terhadap diri individu tersebut. Kemudian membayangkan perasaan diri tentang penilaian orang lain tersebut, seperti haraga diri atau rasa malu.
Ø  Pemikiran Blumer mengenai diri merupakan sebuah proses, bukan benda. Diri membantu manusia bertindak tak hanya sekedar memberikan tanggapan semata atas stimulus dari luar.
Ø  Pemikiran Mead tentang “I” dan “me”; ketidaksesuaian antara diri manusiawi dan diri kita sebagai hasil proses sosialisasi. Adanya perbedaan antara sikap spontan kita dengan diri kita yang diharapkan orang lain
Konsep Dramaturgi : Presentation of Self, Role, and Status
Konsep dramaturgi adalah sebuah analogi kreatif dari seorang Erving Goffman, dimana ia memandang kehidupan sosial merupakan pertunjukan drama pentas. Menurut Goffman, diri bukanlah milik aktor, melainkan hasil interaksi dramatis antara aktor dan audiens.
Goffman juga memperkenalkan teknik yang digunakan aktor untuk mempertahankan kesan tertentu dalam menghadapi masalah yang mungkin mereka hadapi dan metode yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah ini. Goffman mengambil analogi teatrikal front stagedan back stageFront stage adalah bagian pertunjukan yang umumnya berfungsi secara pasti dan umum untuk mendefinisikan situasi bagi orang yang menyaksikan pertunjukan. Termasuk di dalam front stageadalah setting dan front personalSetting adalah pemandangan fisik yang biasanya harus ada jika aktor memainkan perannya, sedangkanfront personal berarti berbagai macam barang perlengkapan yang bersifat menyatukan perasaan yang memperkenalkan audiens dengan aktor dan perlengkapan itu diharapkan audiens dipunyai oleh aktor.
Di dalam front personal terdapat penampilan dan gaya. Penampilan ialah berbagai jenis barang yang mengenalkan kita kepada status sosial aktor, sedangkan gaya mengenalkan penonton terhadap peran macam apa yang diharapkan aktor untuk dimainkan dalam situasi tertentu. Front personal menurut Goffman cenderung melembaga, sehingga memunculkan representasi kolektif mengenai apa yang terjadi di fronttertentu. Dengan penjelasan lain bahwa peran yang akan dimainkan oleh aktor telah ditentukan bidang pertunjukannya. Pemikiran Goffman tersebut telah memperlebar pendekatannya yang memiliki citra struktural, tak hanya bersifat interaksionisme simbolik.
Orang pada umumnya mencoba mempertunjukkan gambaran yang sempurna mengenai diri mereka sendiri di hadapan umum, sehingga terkadang mereka menyembunyikan rahasia pribadi dari hadapan orang banyak. Peran dalam sudut pandang dramaturgi ialah konsekuensi dari status seseorang. Peran sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu peran yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti seorang dokter, polisi, dosen, supir taksi, dll. Ada pula peran keluarga seperti seorang ayah, nenek, ibu, anak, dll, yang terakhir peran orang ke orang, seperti tetangga, teman, dll. Status seseorang dapat dilihat dari sejauh mana seseorang memerankan perannya dengan baik.
Konsep Framing : Stereotipe, Stigma, dan Analisis Framing
Goffman membuat kategori tentang stigma, yaitu orang yang direndahkan (stigma diskredit) dan orang yang dapat direndahkan(discreditable stigma). Orang yang direndahkan ialah orang yang memiliki cacat atau kekurangan yang kasat mata, seperti orang pincang, orang buta, dll. Sedangkan orang yang dapat direndahkan memiliki aib yang tak kasat mata, seperti pelaku homoseks.
Stereotipe merupakan generalisasi atas status seseorang berdasarkan kelompok atau grup yang diikutinya, sebagai contoh, seorang dokter yang bekerja di sebuah klinik yang sedang tertimpa kasus malpraktek, walaupun ia bukanlah dokter yang dimaksud, namun pandangan audiens terhadapnya adalah curiga terhadap kemungkinan malpraktek juga.
Analisis framing merupakan definisi situasi yang dibentuk sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi yang mengatur peristiwa-peristiwa, paling tidak peristiwa sosial, dan keterlibatan subyetif kita di dalamnya. Dengan arti, kita belajar memaknai suatu peristiwa dan realitas  sesuai dengan pengalaman yang telah kita dapatkan dalam suatu organisasi sosial masyarakat yang kemudian menjadi tindakan kita.

Sejarah singkat sosiologi

Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.

Definisi Sosiologi


Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli:

1. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
2. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
3. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
4. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
5. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
6. Menurut Roucek & Waren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok sosial.
7. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi adalah ilmu yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.
8. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
9. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
10. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
11. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
12. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
13. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kesimpulannya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.
Selain itu, Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.

Manfaat Sosiologi dalam kehidupan masyarakat


1. Menambah Pengetahuan Kebhinnekaan SosialSeperti: keragaman ras, suku dan agama, serta menambah pengetahuan tentang keberagaman budaya yang menyangkut system nilai dan norma, adat istiadat, kesenian, dan unsur-unsur budaya lainnya. Melalui pembelajaran sosiologi kita akan memperoleh pengetahuan tentang macam-macam karakteristik social individu maupun kelompok individu dalam masyarakat
.2. Menumbuhkan Kepekaan terhadap Toleransi SosialSosiologi bermanfaat untuk menumbuhkan kepekaan terhadap toleransi social dalam pergaulan sehari-hari, sehingga memungkinkan terjadinya hubungan saling perngertian dan saling menguntungkan.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosila yang tidak dapat hidup sendiri dan mandiri tanpa pertolongan orang lain, sehingga mesti membangun kerja sama saling menguntungkan antara umat manusia yang satu dengan yang lain.
3. Menghindari Konflik Sosial
Pengetahuan sosiologi bermanfaat untuk menghindari konflik social, terutama konflik horizontal yang melibatkan pertikaian antargolongan, antarsuku, maupun antarras. Pada dasarnya konflik social itu akan terjadi jika di antara dua kubu mempunyai prinsip-prinsip atau pola piker yang berbeda-beda.
4. Menghindari Dominasi Sosial
Memahami sosiologi bermanfaat untuk menghindari terjadinya dominasi social, dominasi politik, dominasi ekonomi, maupun dominasi kebudayaan. Dominasi social pada hakikatnya merupakan suatu bentuk penjajahan terselubung dari kelompok yang kuat kepada kelompok yang lemah, dari kelompok yang besar kepada kelompok yang kecil. Dengan tumbuhnya solidaritas social sebagai hasil pemahaman terhadap nilai-nilai karakteristik social dan individu melalui sosiologi, maka dominasi social, dominasi politik, dominasi ekonomi, maupun dominasi budaya dapat dihindari, paling tidak dapat dikurangi.
5. Meningkatkan Integritas Nasional
Memahami sosiologi bermanfaat untuk meningkatkan integritas nasional dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju yang memiliki standart hidup yang tinggi. Sebagai bangsa yang majemuk, yang berbhinnekaan ras, suku, dan agama sering kali menimbulkan ekses-ekses yang negative. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan adanya saling pengertian dan kerja sama yang erat di antara unsure-unsur social yang saling berbeda pada masyarakat yang majemuk, sehingga dapat meningkatkan integritas social bagi masyarakat tersebut.
6. Interaksi Sosial
Interaksi sosila merupakan hal penting dalam sosiologi, karena merupakan syarat terjadinya aktivitas social dalam masyarakat. Interaksi social merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis yang di dalamnya menyangkut hubungan antara individu, kelompok maupun individu dengan kelompok. Berlangsungnya proses interaksi didasarkan pada pelbagai factor:
a. Factor Imitasi, proses meniru perilaku orang lain dapat positif dan negative.
b. Factor Sugesti, apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
c. Factor Identifikasi, kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dala diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
d. Factor Simpati, suatu proses diman seseorang merasa tertarik dengan pihak lain.
7. Kelompok Sosial
Secara sosiologis, kelompok social adalah setiap kumpulan manusia yang memiliki pola interaksi yang terorganisir dan terjadi secara berulang-ulang.
Kesadaran berinteraksi ini diperlukan oleh mereka untuk menciptakan suatu kelompok, sedangkan kehadiran fisik semata-mata sama sekali tidak diperlukan.
Kesadaran berinteraksi ini sangat penting karena melalui kelompoklah, seorang individu menghayati aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Melalui interaksi dengan kelompoknya maka seorang individu mampu memenuhi kebutuhan
8. Peran dan Status Sosial
Setiap masyarakat selalu ada pembagian peran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki karena melalui peran-peran yang berbeda itu masyarakat dapat berjalan dengan seimbang. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu. Sedangkan status adalah kedudukan seseorang dalam suatu kelompok atau kedudukan kelompok dalam kaitannya dengan kelompok-kelompok lain. Ada 2 jenis peran atau status dalam sosiologi, yaitu :
a. Achieved role, suatu peran dan status yang dicapai/diperjuangkan melalui pilihan, usaha, dan tenaga sendiri.
b. Ascribed role, suatu peran dan status yang diperoleh berdasarkan keturunan, tanpa memperhitungkan selera, kemampuan dan hasil kerja seseorang.
9. Ketertiban dan Pengendalian Sosial
Dalam suatu system kemasyarakatan, pola hubungan dan kebiasaan yang berjalan lancar digunakan dipakai untuk mencapai tujuan masyarakat. Hal ini dapat terwujud apabila kegiatan berlangsung dengan menyenangkan. Pada masyarkat sederhana, sosialisai menciptakan ketertiban social dengan cara mempersiapkan orang agar bersedia berperilaku sebagaimana yang diharapkan.
Masyarakat yang teratur hanya dapat tercipta jika kebanyakan orang melaksanakan sebagian besar kewajiban mereka kepada orang lain dan mampu menuntut hak mereka dari orang lain.
10. Sosiolog Sebagai Ahli Riset
Seperti semua ilmuan lainnya, para sosiolog menaruh perhatian pada pengumpulan dan penggunaan data. Untuk itu, para sosiolog melakukan riset ilmiah untuk mencari data tentang kehidupan sosial suatu masyarakat. Data itu kemudian diolah menjadi suatu karya ilmiah yang berguna bagi pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat.
Dalam kaitan dengan hal ini, seorang sosiolog harus mampu men-ernihkan berbagai anggapan keliru yang berkembang dalam masyarakat. Dari hasil penilitiannya, sosio-log harus dapat menghadirkan kebenaran-kebenaran agar dampak negatif yang mung-kin ditimbulkan oleh kekeliruan dalam masyarakat dapat dihindari. Berdasarkan hal i-tu pula, seorang sosiolog bisa menghadirkan ramalan sosial yang didasarkan pada po-la-pola, kecenderungan, dan perubahan yang paling mungkin terjadi.

Pengaruh Struktur Sosial


Pengaruh Struktur Sosial terhadap Kehidupan Sehari-hari
 Adanya kelompok-kelompok sosial, dan adanya kelas-kelas sosial menimbul-kan pengaruh yang berbeda terhadap kehidupan di masyarakat. Pengaruh ituberupa terwujudnya gaya hidup yang mencerminkan ciri khas orang-orang yangmenjadi anggota kelompok atau kelas sosial tertentu. Status sosial jugaberpengaruh terhadap perilaku seseorang, nilai-nilai sosial yang dijunjung, danbahkan gaya hidupnya. Setiap kelompok sosial maupun kelas sosial seolah-olah mengembangkan gaya hidup (
life style
) tertentu yang bersifat eksklusif.Gaya hidup tercermin dalam cara dan model berbusana, perlengkapan rumahtangga, cara berbahasa, jenis hiburan yang digemari, makanan dan minuman yang dikonsumsi, pilihan jenis bacaan, selera seni dan musik, serta bentuk-bentuk permainan dan kegiatan olah raga yang diikuti.Identitas masing-masing kelompok dan kelas sosial pada kegiatan tertentu,dilakukan sebatas untuk membedakan dan menunjukkan eksistensi sosial dalammasyarakat. Pemilihan kelompok dan kelas sosial pada satu jenis aktivitas ataugaya hidup dilakukan dengan pencitraan dan pembangunan nilai yang dilekatkanpadanya. Pada awalnya, kegiatan seperti olah raga tidak digolongkan berdasarkelompok atau kelas sosial yang memainkannya. Namun, setelah pencitraandan pembangunan nilai dilakukan oleh masing-masing kelompok dan kelassosial maka kegiatan olah raga menjadi salah satu identitas yang bersifat eksklusif.Misalnya, golf atau musik jazz yang saat ini dianggap kegiatan dan selera kelasatas. Proses ini sering disebut identifikasi, yaitu proses pemberian tanda denganciri, nilai, dan karakter yang khas.Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang sering menggunakan simbol-simboltertentu untuk menunjukkan kelompok atau kelas sosial tempat dirinya berasal.Simbol-simbol status sosial itu mengarahkan pemahaman kita, bahwa orangtersebut adalah bagian dari kelompok atau kelas sosial tertentu. Berbagai hal yang sering menjadi simbol status berupa cara menyapa, ragam bahasa, gayaberbicara, pola-pola komunikasi nonverbal (bahasa isyarat), penggunaan gelar,tipe dan letak tempat tinggal, dan kegiatan rekreasi

Faktor-Faktor Pembentuk Stratifikasi Sosial


b.aktor-faktor Pembentuk Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terbentuk karena di masyarakat terjadi persaingan untuk memperoleh sesuatu yang dianggap berharga dan langka. Orang yang mampumemiliki sesuatu yang dianggap berharga akan menempati strata lebih tinggi.Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa hal-hal yang bernilai ekonomis danhal-hal yang berupa status atau peran sosial. Sesuatu yang bernilai ekonomismeliputi semua hal yang diperlukan untuk menunjang hidup manusia, misalnyauang, kekayaan, pekerjaan, rumah, tanah, dan lain-lain, sedangkan status atauperan sosial dapat berupa jabatan, ilmu pengetahuan, gelar kesarjanaan, gelarkebangsawanan, kekuasaan, dan lain-lain. Semakin tinggi kelas sosial seseorang,maka semakin banyak barang atau status tertentu yang dia kuasai. Akan tetapi, segala sesuatu yang dianggap bernilai dapat saja berbeda antarasatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Misalnya, sawah dan ternak bagiorang desa lebih berharga dibanding barang-barang elektronik. Anggapan iniberbeda dengan orang kota.Selain itu, terbentuknya kelas-kelas sosial di masyarakat merupakankonsekuensi adanya pembagian jenis pekerjaan. Seperti yang telah dibahassebelumnya, semakin kompleks suatu masyarakat maka deferensiasi danpendistribusian pekerjaan juga semakin rinci. Setiap orang harus memilih salahsatu jenis pekerjaan (fungsi) dalam masyarakatnya. Ada orang-orang yang sejak turun-temurun mewarisi kekuasaan sebagai kaum bangsawan atau orang kayaraya . Mereka disebut kelas atas atau kaum elit. Ada orang-orang yang denganusahanya mampu memperoleh pekerjaan bagus dan berpenghasilan besarsehingga mereka memperoleh kehidupan yang relatif lebih baik. Mereka disebutkelas menengah. Namun, ada pula sekelompok orang yang karena keter-batasannya terpaksa harus menjalani pekerjaan yang kasar. Mereka disebutkelas bawah. Garis batas antarkelas sosial sulit ditentukan, dan jumlah anggotasetiap kelas sosial pun sulit diketahui. Hal itu karena perbedaan setiap orangbersifat relatif dan setiap saat terjadi perubahan kondisi sosial ekonomi padasetiap orang.Banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya kelas-kelas sosial. Secaraumum, faktor-faktor itu dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaituekonomi dan sosial. aktor-faktor ekonomi membedakan kelas-kelas sosialberdasarkan kekayaan, penghasilan, dan jenis pekerjaan. Sedangkan faktorsosial membedakan kelas-kelas sosial berdasarkan tingkat dan jenis pendidikan,identifikasi diri, prestise keturunan, partisipasi kelompok, dan pengakuan oranglain. Kadang-kadang suatu kelas sosial dapat pula dikenali dengan simbol-simbolstatus, cara berbicara, gaya hidup, selera seni, dan cara berpenampilan.Berikut ini dibahas tiga faktor utama yang sering menjadi petunjuk dalammenentukan kelas sosial di masyarakat